Prolog

12 Januari “Ayo ikut aku!” “ Apa kau yakin?” “Sudahlah, ikuti saja! ” “ Tapi aku takut, dim” “ Ada aku disini. Pegang tanganku.” Semua akan baik-baik saja, sgera ku memegang lengannya yang tepat didepan wajah ku. Walau bagaimanapun aku harus bisa memanjat pohon ini. Beringin besar tepat dibelakang rumah. Dedaun diranting-rantingnya tumbuh dengan rimbun. Terkadang melambai-lambai jika dihembus sang angin. Hijau nan indah jika terus dipandang. Akarnya yang menancap ketanah seolah menunjukkan kekokohannya. Aku berusaha dan ia mencoba membantuku. Dimas memang penyabar. Sahabat sejatiku sejak aku dilahirkan dibumi ini. Panjatan demi panjatan kuraih. Dan akhirya aku berhasil naik keatas. Aku duduk diranting pohon yang paling besar. Terlihat kokoh cabang pohon ini, sehingga aku merasa percaya jika ia bisa bertahan jika ku duduki. Disebelahku ada dimas. Jari telunjuknya yang tiba-tiba mengarah ke sesuatu. Yah, indah. Sangat indah pemandangannya. Langit biru dan awan putih. Tampak atap-atap rumah yang berjejer. Kendaraan yang melaju disepanjang jalan. Orang-orang yang melalukan segala aktivitasnya juga tampak dari sini. Aku memejamkan mata. Merasa kesejukan disini. Aku sangat menikmatinya. Sungguh lagi-lagi ia menunjukkan sesuatu yang mengesankan kepadaku. “Dania, jangan terlalu di tengah. Banyak ombak besar disana.” Ada teriakan seorang wanita yang ku kenali saat ini. Itu ibuku. Aku membuka kedua mataku. Tampak pasir putih disekeliling. Aku merasakan genangan air menyentuh sepatuku dan berhasil membuatnya basah. Ini pantai. Bukankah aku berada diatas pohon? Kenapa aku berada disini? Apakah aku bermimpi? Dimana Dimas?

Komentar